Saat melewati warung ini, saya langsung tertarik dengan eksteriornya yang dutch style. Tempo doeloe banget! Pemilihan cat temboknya juga keren, orange. Di dalamnya, warung dibagi ke dalam dua bagian, bagian pertama menjual berbagai snack khas Makassar, di bagian kedua, terdapat beberapa meja bundar untuk minum kopi. Dibanding Phoenam, tempat ini lebih enak buat nongkrong berjam-jam. Tidak ada AC, namun uniknya, tempat ini adem dan sangat nyaman, apalagi hanya diberi kipas di atasnya.
Saya pun diberitahu gadis yang berjualan (pd banget ya saya bilang gadis???), bahwa pemiliknya sedang berada di situ (ia pun menunjuk seseorang yang konon adalah pemilik warung Hai Hong). Bapak ini pun berjalan ke arah saya, muka lempeng, sepertinya keturunan Chinese, dan hanya menggunakan kaos oblong putih + celana pendek hitam + sendal jepit. Saat saya tersenyum padanya, teman-teman si bapak yang sedang asyik ngopi pun langsung menggoda sang bapak 'Ini nih yang punya toko, foto dong dia-nya'. Bapaknya pun malu-malu sambil menampik. Ternyata eh ternyata... gadis yang tadi iseng nunjuk2x pemilik toko itu adalah anaknya. Dan yang menyiapkan kopi saya adalah ibunya. Lucu juga ya... suasana akrab dan kehangatan di antara pemilik, keluarga dan pengunjung-pengunjungnya langsung bisa saya rasakan saat itu.
Nah akhirnya, sesuai permintaan teman-teman si bapak, keluar deh hasil jepretan foto ini. Coba cari... hayooo, mana yang pemilik warkop tersebut? :)
Oh btw, akhirnya saya pun memesan kopi susu dingin. Sekedar ingin membandingkan dengan Phoenam. Rasanya sedikit berbeda dengan Phoenam, yang pasti dua-duanya enak. Dan yang pastinya juga, kopi dingin ini rasanya gak kalah dengan ice coffee yang dijual di mal-mal Jakarta. Bedanya, kopi ini terasa unik khas Sulawesi dan ada sedikit rasa vanila yang membuat kopi ini lebih harum dan rasanya sedikit manis.
Ngomong-ngomong, ada cerita kocak juga nih. Karena sore harus mengejar pesawat kembali ke Jakarta, kopi yang saya pesan tersebut pun dengan terpaksa tidak bisa dinikmati 'on the spot', tetapi harus saya bawa pulang. Nah, forget about a proper cup, lid and straw - kopi ku itu, dibawanya bener2x kayak jaman SD dulu - minuman dimasukkan ke kantong plastik, diiket pake karet gelang dimana sedotannya bener2x terjepit keras, sehingga tidak bisa diminum dengan lancar. Hahaha...
Ngomong-ngomong, ada cerita kocak juga nih. Karena sore harus mengejar pesawat kembali ke Jakarta, kopi yang saya pesan tersebut pun dengan terpaksa tidak bisa dinikmati 'on the spot', tetapi harus saya bawa pulang. Nah, forget about a proper cup, lid and straw - kopi ku itu, dibawanya bener2x kayak jaman SD dulu - minuman dimasukkan ke kantong plastik, diiket pake karet gelang dimana sedotannya bener2x terjepit keras, sehingga tidak bisa diminum dengan lancar. Hahaha...
Cita-cita: suatu hari bisa ke sana pagi atau sore. Spend 2-3 hours of reading books and enjoy his coffee. (*written by vera makki* - http://kopiluwakstory.blogspot.com/)